Langsung ke konten utama

Menyoal Sumbangsih BUMD Kota Bekasi

Ada hal yang menarik dari laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia atas laporan keuangan Pemerintah Kota Bekasi pada 2013. Bukan hanya opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang telah diberikan dalam tiga tahun terakhir, BPK melalui surat No. 28.B/S-HP/XVIII.BDG/05/2014 melampirkan empat catatan terkait kinerja pengelolaan keuangan Pemkot Bekasi pada 2013 yang perlu diperbaiki.

Satu di antara catatan itu menyoroti penyertaan modal Pemkot Bekasi kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pada 2013. Pada rentang waktu itu, dua BUMD yang mendapatkan suntikan penyertaan modal senilai Rp13,3 miliar dari Pemkot Bekasi ternyata tidak memberikan kontribusi apa-apa bagi penerimaan daerah.

Tidak butuh waktu lama, pernyataan dan pertanyaan bernada kritik melalui sejumlah media lantas diajukan kepada Pemkot Bekasi. Bagaimana kinerja BUMD selama ini?

Hingga saat ini Pemkot Bekasi memiliki lima BUMD. Empat di antaranya dimiliki sepenuhnya oleh pemkot, yakni Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot, PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Perusahaan Daerah Mitra Patriot (PDMP) dan Perusahaan Daerah Migas (PD Migas).

Satu lainnya, PDAM Tirta Bhagasasi, dimiliki bersama Pemkot Bekasi dan Pemerintah Kabupaten Bekasi dengan porsi kepemilikian saham 45%-55%. Di samping itu, pemkot juga memiliki saham sebesar 0,62% pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJB).

‪Menilik Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 1/2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2013, pemkot mengalokasikan penyertaan modal senilai Rp16,5 miliar pada empat BUMD, yakni Rp2,5 miliar kepada BPRS, masing-masing Rp6 miliar kepada dua PDAM, dan Rp2 miliar bagi PDMP. Jumlah alokasi investasi pemerintah kepada BUMD meningkat hingga Rp21,3 miliar dari Rp29,7 miliar dalam APBD perubahan 2013 Kota Bekasi.

Pada tahun yang sama, bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD tercatat Rp11,35 atau lebih tinggi 0,16% dari target APBD-P senilai Rp11,34 miliar. Dengan kata lain, pada tahun tersebut penerimaan dari BUMD melalui pos penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mengambil porsi sekitar 1,17% dari pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bekasi pada 2013 yang mencapai Rp969,74 miliar—atau lebih tinggi dari target PAD pada APBD-P, yakni 950,66 miliar—.

Bila dibandingkan dengan 2012, Pemkot Bekasi mengalokasikan penyertaan modal senilai Rp33 miliar dari target senilai Rp43,57 miliar. BPRS dan PDMP masing-masing menerima sebesar Rp2 miliar, sedangkan Tirta Patriot mendapat Rp20 miliar dan Tirta Bhagasasi memeroleh Rp9 miliar.

Melalui penyertaan modal tersebut, pada 2012 bagian laba BUMD pada APBD-P Kota Bekasi mencatatkan hasil Rp8,70 miliar atau melampaui target sebesar 5,25%. Penerimaan itu bersumbangsih sekitar 1,19% dari total PAD Kota Bekasi pada tahun tersebut yang mencapai Rp730,73 miliar atau lebih tinggi 12,43% dari target.

Pada tahun anggaran tersebut,  BPRS dan Tirta Patriot menyumbangkan masing-masing Rp384,68 juta dan Rp601,84 juta. Bagian laba yang dicapai itu masih di bawah target yang ditetapkan oleh APBD-P 2012, yaitu senilai Rp442,80 juta bagi BPRS dan Rp777,83 juta bagi Tirta Patriot. Tirta Bhagasasi memberikan sumbangsih bagian laba Rp4,07 miliar atau 19,66% di atas target. Sementara sisa bagian laba dilengkapi BJB dengan Rp3,64 miliar.

Tidak mengherankan, BJB dan Tirta Bhagasasi menjadi penyumbang terbesar bagi pos penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah dalam PAD Kota Bekasi. BJB menjadi BUMD yang dimiliki bersama pemerintah daerah di seluruh Jabar dan Banten. Sementara itu, Tirta Bhagasasi, yang berdiri sejak 1979 dan dikenal sebagai PDAM Bekasi telah menjadi penyedia jasa air bersih bagi area industri, area bisnis maupun pemukiman penduduk di Kabupaten Bekasi dan sebagian Kota Bekasi. Hingga saat ini PDAM Tirta Bhagasasi telah melayani 214.406 pelanggan dengan sekitar 85% tercatat sebagai pelanggan aktif. Belum lagi, PDAM Tirta Bhagasasi juga menerima alokasi modal dari Pemkab Bekasi.

Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi, Usep Rahman Salim mengatakan dengan dukungan penyertaan modal daerah (PMD) pihaknya telah dan terus melaksanakan pipanisasi di berbagai wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi guna meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan seiring dengan upaya mengejar target Millenium Development goals (MDG's), yakni pengguna layanan air bersih di wilayah perkotaan mencapai 80% dan di wilayah perdesaan mencapai 60%.

"Saat ini baru 32% masyarakat Kota Bekasi yang menggunakan layanan PDAM [baik BUMD maupun penyedia dari pihak swasta]. Sementara di kabupaten masih 22%. Secara keseluruhan baru 36% atau masih jauh baik di Kota maupun Kabupaten Bekasi masih jauh dari target MDG's” ungkapnya.

Satu BUMD lainnya, yakni PD Migas yang rencananya diarahkan bagi eksplorasi sumur minyak dan gas blok Jatinegara di Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi belum bisa beroperasi sebab ijinnya belum dikeluarkan.

Lantas bagaimana dengan tiga BUMD lainnya?

PDAM Tirta Patriot yang didirikan pada 2006 tidak luput dari sorotan terkait sumbangsih kepada PAD Pemkot Bekasi. Pasalnya, BUMD yang saat ini melayani 20.798 pelanggan aktif  di wilayah Kota Bekasi itu sejak 2010 telah menerima penyertaan modal yang tidak kurang dari Rp40 miliar. Alokasi modal itu nampaknya masih belum bisa dipertanggungjawabkan dengan sumbangsih yang layak bagi PAD.

Terkait kondisi itu, Direktur Utama PDAM Tirta Patriot Tubagus Hendy Irawan menegaskan target 2014 agar dapat bersumbangsih Rp1 miliar terhadap pemda seiring semakin bertambahnya pengguna jasa. Target itu, jelasnya, meningkat 100% dibandingkan seumbangsih BUMD pada 2013. "Target tahun ini, kita mau beri Rp1 miliar. Itu naik 100%, sebab tahun lalu Rp500 juta. Pokoknya akhir tahun kita bayar PAD-nya," katanya.

Dia mengungkapkan dalam jangka panjang peningkatan sumbangsih BUMD akan diupayakan dengan target penambahan layanan yang dipatok lebih dari 100.000 pelanggan hingga 2018—sejalan dengan upaya mengejar target MDG's—. Oleh karena itu, dengan bantuan Pemkot Bekasi dan pemerintah pusat, dia menuturkan Tirta Patriot akan terus menambah cakupan kuantitas dan kualitas pelayanan air bersih dengan mengembangkan sejumlah SPAM (sistem penyediaan air minum).

“Salah satunya SPAM di Kelurahan Jati Sari agar hingga 2018 PDAM dapat menyalurkan air 1.200 liter/detik bagi kebutuhan masyarakat Kota Bekasi.”

Kendati begitu, Tubagus memperkirakan ekspansi tersebut membutuhkan modal yang besar, sebab untuk pengembangan SPAM dengan kapasitas penyaluran 200 liter/detik membutuhkan alokasi dana sekitar Rp44 miliar.

Target sumbangsih yang lebih signfikan bagi PAD Kota Bekasi juga diusung BPRS pada tahun ini.

Pada 2013, sebenarnya BPRS yang berdiri sejak 2005 ini menghasilkan laba senilai Rp1,2. Kendati begitu, perolehan tersebut mesti dicatatkan sebagai laba yang ditahan untuk pencadangan provision for loan losses (PPAP) sebagaimana disyaratkan peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005. Pembentukan PPAP dimaksudkan untuk mendorong perbankan melakukan upaya penyelesaian jika terjadi wanprestasi dan sebagai antisipasi terhadap potensi kerugian.

“Sehingga posisi kami rugi dalam pencatatan akuntansi,” ungkap Direktur BPRS Patriot Mohammad Asmawi.

Walaupun begitu, dia menuturkan setiap tahun BPRS terus bersumbangsih dengan nominal yang terus meningkat bagi PAD Kota Bekasi. Menurut Asmawi, BPRS optimistis dapat memberikan laba bagi pemkot pada 2014 seiring target pertumbuhan asset yang dipatok 45% dan laba yang ditargetkan senilai Rp1,7 miliar.

“Hingga Agustus laba telah mencapai angka Rp1,2 miliar atau senilai dengan laba sepanjang 2013,” ujarnya.

Sementara  itu, sorotan utama terkait catatan BPK tak ayal lagi diarahkan kepada PDMP. Dengan alokasi PMD yang mencapai Rp8 miliar hingga 4 tahun terakhir, BUMD belum bisa bersumbangsih bagi PAD Kota Bekasi.

Berdiri sejak 2009, PDMP saat ini memiliki tiga anak usaha. Pada 2010, PDMP bekerjasama dengan PT Bumi Energi Pertiwi membentuk PT Sinergi Patriot Bekasi dengan porsi kepemilikan 90%-10%. Perseroan ini diarahkan untuk membantu pemkot dalam pengelolaan gas rumah tangga dan distribusi gas dan penjualan gas sumur Jatinegara. Hingga saat ini perseroan telah melakukan kerjasama operasi dengan PT Jabar Energi untuk pengelolaan 4.628 sambungan gas rumah tangga dan dengan PT Pasundan Resources bagi pengelolaan gas rumah tangga di Rawalumbu, Kota Bekasi.

PDMP pun bekerjasama dengan PT Simpang Jaya Dua Subang (45%-55%) bagi pembentukan PT Patriot Jaya Bekasi pada awal 2011. Perseroan ini dimaksudkan untuk pengolahan pupuk organic dengan memanfaatkan sampah organik Kota Bekasi. Sementara itu, pada awal 2013 PDMP kembali membentuk PT Menara Patriot, perusahaan pelaksana, pengelola dan penggerak bisnis telekomunikasi, dengan menggandeng PT PPP dan PT Padi Mekatel.

Bidang Perencanaan dan Program PDMP Marhadi menuturkan hingga saat ini baru PT Sinergi Patriot Bekasi yang mampu bersumbangsih bagi PAD. Menurutnya, dari 1460 sambungan gas di perumahan Rawalumbu pihaknya hanya dapat memberikan Rp50 juta bagi pemkot pada 2013.
Meskipun begitu, dia menuturkan pihaknya optimistis perseroan tersebut dapat memberikan sumbangan yang signifikan bagi PAD kota jika sumur gas blok Jatinegara sudah dapat beroperasi. Marhadi bahkan mematok keuntungan perseroan dapat mencapai Rp3-Rp4 miliar dalam setahun. Apalagi, sambungnya, Kota Bekasi telah ditetapkan sebagai city gas.
“Industri sumur gas Jatinegera belum jalan, padahal instalasi sudah siap. Tinggal buka keran, tapi belum mendapatkan ijin dari SKK Migas. Kita berharap akhir 2014 sudah bisa running,” jelasnya.

Marhadi mengutarakan PT Patriot Jaya Bekasi dan PT Menara Patriot belum bisa berkontribusi bagi daerah. Dia menuturkan lokasi pengolahan pupuk PT Patriot Jaya Bekasi di tempat pembuangan akhir Sumur Batu sempat tertimbun longsoran sampah pada akhir 2012. “Kurang lebih setahun tidak operasional untuk upaya perbaikan dan tahun ini baru mulai lagi.”

Namun, dia optmistis perseroan dapat berkontribusi lebih baik kepada pemda jika rencana bisnis pengembangan kawasa pengolahan terpadu dapat terealisasi pada 2015. Selain mengembangan industri pengelolaan pupuk organik, kawasan pengeolahan terpadu akan menggerakkan industri pengelolaan limbah plastik menjadi biji plastik dan pengolahan sampah menjadi listrik.

“Kami sudah punya grand design-nya. Pengolahan pupuk organik maksimal menyerap 10% sampah, 17%-nya jadi biji plastik, dan pengolahan listrik akan menghabiskan sisanya,” tegasnya.

Optimisme yang sama ditujukan kepada PT Menara Patriot. Marhadi menuturkan dengan operasionalisasi usaha yang mulai gencar dilakukan pada tahun ini perseroan meyakini dapat turut bersumbangsih bagi PAD Kota Bekasi.

Keyakinan itu nampaknya sejalan dengan upaya Pemkot Bekasi yang memberi suntikan PMD pada tahun ini. Melalui APBD 2014, pemkot mengalokasikan Rp29,5 miliar kepada empat BUMD, yakni Rp2,5 miliar, Rp2 miliar, dan Rp5 miliar masing-masing kepada BPRS, PDMP dan PDAM Tirta Patriot. Sedangkan, alokasi penyertaan modal terbesar, yakni Rp20 miliar, diberikan kepada PDAM Tirta Bhagasasi.

Dengan PMD tersebut, pemkot menargetkan bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD 2014 mencapai Rp11,83 miliar. Bila dirinci, Tirta Patriot ditargetkan menghasilkan Rp933,40 juta, Tirta Bhagasasi Rp6,32 miliar, BPRS Rp481 juta, dan BJB Rp4,08 miliar bagi kas daerah.

Terkait hal itu, sejumlah pertanyaan lain bisa diajukan. Bagaimana dengan BUMD lainnya, terutama yang juga menerima alokasi modal pada 2014.

Apakah mesti menunggu lebih lama untuk merasakan layanan dan sumbangsih BUMD? Kapan seluruh BUMD dapat bersumbangsih signifikan, setidaknya berbanding lurus dengan PMD? Langkah apa yang mesti diambil Pemkot Bekasi? Menutup kegiata usaha dan mengarahkannya ke bidang potensial lain bagi daerah atau mesti ada restrukturisasi?

Ya, itu patut dinanti jawabannya.

*Naskah ini disiapkan untuk Laporan Khusus di harian Bisnis Indonesia, Oktober 2014.





Tabel Keuangan Pemkot Bekasi
TAHUN          PENERIMAAN         PENGELUARAN      PAD                            HASIL*
2010                1,582 triliun                 1,593 triliun                 296,05 miliar               7,286 miliar

2011                2,144 triliun                 1,981 triliun                 498,9 miliar                 7,420 miliar
2012                2,679 triiliun                2,499 triliun                 730,73 miliar               8,701 miliar
2013                2,963 triliun                 2,960 triliun                 969,74 miliar               11,364 miliar.
2014                3,417 triliun                 3,749 triliun                 1,042 triliun                 11,827 miliar

*Bagian Laba atas Penyertaan modal pada BUMD
Sumber: BPS Kota Bekasi dan Pemerintah Kota Bekasi, diolah.



Tabel Penyertaan Modal
TAHUN          TOTAL           BPRS                  TP                    TB                   MP                  BJB
2010                12,1                 2,35                 4                      0                      2,75                 3
2011                14,90               1                      10,4                 1,5                   2                      -
2012                33                    2                      20                    9                      2                      -
2013*              16,5                 2,5                   6                      6                      2                      -
2014*              29,5                 2,5                   5                      20                    2                      -

*Data bersumber dari APBD dan belum merupakan realisasi.
Sumber: Pemerintah Kota Bekasi, diolah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Driyarkara: Pendidikan sebagai Pemanusiaan Manusia Muda

Dewasa ini masyarakat dunia menghadapi sebuah perubahan global . Hal ini ditandai antara lain oleh semakin maraknya pertumbuhan industri kapitalisme dunia. Semua bidang kehidupan tidak bisa tidak terjerat dengan pengaruh global ini. Tidak terkecuali dengan pranata pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kecenderungan dimana h ukum pasar yang berlaku diantara para pesaing industri pada tingkat global dapat mengarahkan pendidikan yang berorientasi pragmatis. Sesuai dengan hukum penawaran-permintaan , pendidikan hanya didasarkan pada aspek ekonomi. Jadi, ada kecenderungan bahwa pendidikan cenderung hanya mengarahkan anak-didik kepada gambaran manusia yang cakap untuk bekerja dan mendapatkan uang, jadi bukan gambaran manusia yang sebenarnya. Berhadapan dengan g ejala ini, pemikiran seorang filsuf, Nicolaus Driyarkara dapat dijadikan suatu bahan permenungan. Bagi Driyarkara pendidikan merupakan kegiatan sadar untuk memanusiakan manusia muda, yang dia sebut sebagai “hominisasi

Konformitas Dalam Pergaulan Sekolah

Tulisan ini bertujuan untuk memahami dinamika perilaku konformitas dalam pergaulan pelajar di sekolah formal. Bagaimana bentuk konformitasnya? Mengapa hal tersebut terjadi dan mempengaruhi tindakan-tindakan pelajar, serta bahkan dapat membentuk pola kepribadian?  Tulisan ini mengemukakan, bentuk konformitas dalam pergaulan pelajar yang lebih berupa akibat tekanan antar teman (peer pressure) yang terjadi dalam lingkungan yang homogen (sebaya). Kecenderungan untuk mengikuti suara terbanyak akan terjadi karena tekanan untuk menjadi sama terasa semakin besar. Dalam pergaulan sekolah anak didik terbiasa untuk selalu sama, bersikap konformis, sehingga selalu merasa tidak nyaman bila harus beda. Sikap ini dapat terus berlanjut dan membentuk pola kepribadian yang tidak mandiri. Kata kunci : Konformitas, peer group dan peer presure      S ebagai makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri, sudah pasti kita sebagai manusia membutuhkan keberadaan orang lain untuk melangsungkan

Bisnis sebagai Profesi Etis?

Bisnis dan moralitas atau etika berbeda dan tidak ada hubungan sama sekali dan etika justru bertentangan dengan bisnis. Orang bisnis tidak perlu memperhatikan norma-norma dan nilai moral karena bisnis adalah suatu persaingan yang menuntut pelaku bisnis berusaha dengan segala cara dan upaya untuk bisa mencapai ‘keuntungan maksimal’. Ungkapan skeptis di atas sekiranya menggambarkan hubungan bisnis dan etika sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Hal ini juga nampak dalam fenomena umum dunia bisnis o utsourcing . Outsourcing seringkali dibahasakan sebagai sebuah strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada inti bisnisnya, namun dalam praktek pada umumnya didorong oleh ‘ketamakan’ sebuah perusahaan untuk menekan cost serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Namun, diskrepansi dua ranah sebagaimana terdeskripsikan di atas oleh Richard T. De George disebut sebagai ‘Mitos Bisnis Amoral’. Bisnis pada dasarnya tidak terpisahkan dari moral. Bisnis t