23 Oktober 2014 S emalam, setelah sempat terlelap lebih awal akibat padatnya aktivitas, saya larut dalam perbincangan dengan seorang kawan. Bukan kawan biasa, pasalnya bertahun-tahun dia terkenal di seantero kosan sebagai penakluk banyak wanita. Sulit untuk menghitung atau pun sekedar mengingat wanita mana yang jadi pacarnya, saking banyaknya, sekali lagi banyak, yang diperkenalkan sebagai pacar. Percakapan kami juga tidak seperti biasa. Tanpa suasana ceria penuh canda, obrolan pun bernada sendu dengan rasa mendayu-dayu. Seringkali, setelah berbicara kawan satu ini bergeming beberapa saat. Tidak fokus. Perhatiannya teralihkan oleh rasa duka. Ya, dia sedang berduka. Berduka karena mantan pacar utama-nya (atau 'provost', istilah ngetren di kosan untuk pacar no.1 atau yang utama. Yang lain? Entah lah) nampaknya akan segera menikah. "Iya nal, aku lihat di FB-nya posting foto-foto pra-wedd," jelasnya dengan aksen Sumatera yang tegas. Tepat jelang...
ide yang berpendar dari masa subur