Langsung ke konten utama

Da Vinci: Merasakan Inovasi Seni dan Ilmu Pengetahuan

 Tidak terbantahkan lagi, Leonardo da Vinci (April 15 1452 - 2 Mei 1519) menjadi salah satu manusia jenius dengan beragam bakat yang pernah ada di dunia. Tidak hanya sebagai seniman, dalam hari-hari hidupnya da Vinci terus mentransformasikan ide visionernya sebagai arsitek, ilmuwan, insinyur, ahli matematika, dan desainer.

Dari lukisan ikonik, seperti Mona Lisa dan The Last Supper, melakukan  terobosan dalam bidang anatomi, fisika, hidrolik, hingga menciptakan teknologi militer. Da Vinci sungguh menjadi simbol semangat Renaissance yang tumbuh di Italia pada masa itu.

Tanpa melihat batasan antara seni dan ilmu pengetahuan, da Vinci menghasilkan karya inovatif dengan perspektif holistik.  Kecemerlangan teknologi dan kejeniusan artistik itu pun terus menggema dan menginspirasi para seniman dan ilmuwan hingga saat ini.

Spirit inovatif itulah yang ingin disajikan pameran bertajuk Da Vinci: Shaping the Future, yang dihelat sejak pertengahan November lalu hingga Mei 2015 di ArtScience Museum, Singapura. Untuk kali pertama, karya orisinil da Vinci, yakni 26 halaman orisinil dari Codex Atlanticus, kumpulan catatan paling besar berisi tulisan tangan dan gambar sketsa, dan enam lukisan reproduksi dari para muridnya (The School of Leonardo) menyambangi Asia Tenggara.

Pemeran tersebut terdiri dari dua tahapan. Pertama, pada November 2014-Februari 2015 akan dipamerkan 13 halaman dari Codex Atlanticus dan tiga lukisan. Sedangkan, tahap selanjutnya, 13 halaman dan tiga lukisan lainnya akan dipamerkan dalam tiga bulan berikutnya.

Executive Directore of Artscience Museum Honor Harger mengatakan pameran tersebut akan berfokus pada Codex Atlanticus yang menampilkan terobosan desain dan sketsa artistik yang inovatif. Codex Atlanticus menjadi gambaran lima bidang utama yang dikuasai da Vinci, yakni matematika, ilmu alam, arsitektur, teknologi, dan musik.

“Sebagai satu-satunya museum di Asia mengetengahkan keterkaitan antara seni, ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak ada tempat yang lebih pas untuk pameran pertamanya di Asia Tenggara,” ujarnya di sela-sela pembukaan pameran.

Dia menjelaskan dalam pameran tersebut karya-karya da Vinci terutama akan dieksplorasi melalui kelima bidang tersebut. Untuk itu akan dipamerkan juga 69 karya reproduksi dan juga 20 model interpretasi dari halaman-halaman orisinil Codex Atlanticus. Dalam proses itu, lima karya seni kontemporer yang menunjukkan bagaimana ide-ide dan pemikiran da Vinci tetap menginspirasi hingga hari ini juga akan ditampilkan.

Honor menuturkan pada pertengahan pameran akan disajikan lukisan asli dari The School of Leonardo, seperti Saint John the Baptist yang dilukis anak murid kesayangan da Vinci, yakni Gian Giacomo Caprotti (Salai) pada awal 1520. Lukisan ini didasarkan pada lukisan da Vinci bertajuk sama dan saat ini berada di Louvre, Paris, Perancis.

Lukisan reproduksi lainnya dari The School of Leonardo adalah Virgin of the Rockskarya Andrea Bianchi (Vespino, sekitar 1615-1618) dan The Virgin and Child buah tangan Giovanni Antonio Boltraffio (awal abad ke-16). Sedangkan, halaman asli dari Codex Atlanticus akan ditampilkan di akhir pameran.

“Pameran ini menyajikan wawasan yang luar biasa kaya dari da Vinci terkait seni, ilmu pengetahuan, teknologi dan daya tarik dengan alam dengan menggabungkan karya asli  dengan desain inovatif kontemporer, pameran interaktif, teknologi, film dan seni kontemporer. Meski Leonardo lahir lebih dari 500 tahun yang lalu, kejeniusan, kreativitas, dan pendekatan unik da Vinci terus menginspirasi dan membentuk masa depan kita,” jelasnya.

Alberto Rocca, Director of Pinacoteca Ambrosiana dan Fellow of the Veneranda Biblioteca Ambrosiana, menuturkan lembar-lembar Codex Atlanticus menunjukkan penguasaan Leonardo da Vinci pada beragam bidang pengetahuan dengan pendekatan fundamental yang khas. Dengan perspektif holistik, jelasnya, da Vinci berbeda dengan orang  sezamannya sebab berpikir jauh hingga ratusan tahun ke depan.

“Karyanya telah melalui ujian waktu dan menghubungkan manusia selama berabad-abad. Karyanya terus menginspirasi dan membentuk masa depan,” ungkapya.

Pendekatan itu, kata Alberto, berpusat pada penghargaan dan ketertarikan da Vinci  yang mendalam kepada alam. Da Vinci berupaya tanpa henti untuk memahami alam yang dipandang sebagai  entitas yang hidup, dinamis dan memiliki sistem interkoneksi.

Alberto menjelaskan, bagi da Vinci, matematika merupakan kunci utama untuk memahami alam. Matematika bahkan dapat diterapkan pada seni dan ilmu pengetahuan. Da Vinci menerapkan hasil eksplorasi yang luas pada matematika, seperti prinsip-prinsip kunci dari geometri  untuk semua bidang lain. Pendekatan ini tercermin dalam beberapa lembaran catatan yang dipamerkan dari Codex Atlanticus yang menampilkan gambar bentuk geometri murni untuk tujuan seni dan juga untuk memvisualisasikan upayanya untuk memahami rumus aljabar yang kompleks.

Lembaran catatan da Vinci lain yang dipamerkan mengetengahkan tema Ilmu Pengetahuan Alam. Alberto mengatakan da Vinci sangat menghargai dan terpesona pada alam. Dia mempelajari gerakan air dan udara, bentuk geologi bumi, dan keanekaragaman botani. “Pada skala yang lebih kecil fokus utamanya adalah pada tubuh manusia, keindahan dan proporsinya, mekanisme gerakan, dan bagaimana hal itu dibandingkan dengan hewan lain dalam gerakan,” jelasnya.

Da Vinci juga dikenal sangat menguasai teknik arsitektur. Alberto  menjelaskan Da Vinci sangat memperhatikan keindahan dan fungsi, bentuk dan isi, serta memandang bangunan arsitektur sebagai organisme hidup. Hal itu tampak pada halaman Codex Atlanticus yang berisi desain pengembangan kota, gereja, dan benteng militer. “Desain arsitekturnya sangat mencolok, sebab dia tidak peduli pada bentuk klasik. Sesuatu yang sangat tidak biasa pada masanya. Pendekatan baru itu menjadi kontribusi penting bagi arsitektur Renaissance dan bidang perencanaan kota,” jelas Alberto.

Sementara itu, da Vinci juga terkenal sebagai inovator teknik terbesar dalam sejarah dengan kecerdikan teknologinya. Da Vinci meyakini teknologi mesti menarik, efisien, dan dapat dibangun sebab merupakan perpanjangan organik atau alat yang membantu manusia.

Seperti halnya asitektur, Alberto menuturkan da Vinci melihat mesin sebagai organisme, tertarik pada bagaimana masing-masing komponen bekerja  bersama-sama, dan bagaimana mesin dapat dioptimalkan untuk menciptakan suatu keseluruhan yang efisien.

“Da Vinci menjadi insinyur sipil dan mekanik di pengadilan Milan. Dia melakukan pengamatan dan menciptakan puluhan alat mekanik dan alat perang. Pengamatan teknologi dan alat-alatnya tetap berpengaruh sampai hari ini,” ungkap Alberto.

Di samping itu, da Vinci juga tidak terlepas dari ide inovatif dalam bidang musik. Beberapa halaman pada Codex Atlanticus bahkan menunjukkan penelitian da Vinci mengenai desain instrumen, prinsip-prinsip suara dan penerapannya pada alat musik.Walaupun musik pada masa Renaissance dipandang memiliki peran spiritual, da Vinci tertarik dengan komponennya. “Dalam gambar teoritis dan desain instrumental, dia membayangkan musik dengan cara yang mudah dan sederhana,” jelas Alberto.

Melalui karya-karya tersebut, da Vinci sungguh mewujudkan diri menjadi penemu, seniman, ilmuwan, insinyur dan arsitek yang tersohor dengan pendekatan yang jenius, berani dan kontemporer. Tidak hanya itu. Karya da Vinci juga terus menggemakan inspirasi dalam berbagai bidang. Seperti halnya yang ditampilkan lima karya atau instalasi dari seniman kontemporer pada pameran Da Vinci: Shaping the Future. Karya-karya artistik kontemporer yang disajikan pada pameran berangkat dengan wawasan baru dari ide-ide dan karya da Vinci.


WY-TO, sebuah kelompok desain arsitektur yang berbasis di Singapura dan Paris, menampilkan karyanya berjudul The Looking Glass (2014), yang terinspirasi pada pendekatan da Vinci kepada bidang matematika. Karya WY-TO merupakan instalasi yang menghadirkan kembali ide fractals, sebuah fenomena alam atau suatu perangkat matematis yang menunjukkan pola berulang pada setiap skalanya.

Lain lagi, karya Luke Jerram yang bertajuk Glass Microbiology Series (2014). Seniman asal Inggris ini coba mengikuti gambaran ilustratif da Vinci mengenai ilmu pengetahuan alam dengan menghadirkan serangkaian patung kaca tiga dimensi yang mendeskripsikan virus dan protozoa. Serupa dengan gambar da Vinci dalam Codex Atlanticus, diagram tiga dimensi mikrobiologi diarahkan untuk mengungkapkan sifat struktur tersembunyi alami fenomena.

Sementara itu, Donna Ong , seniman Singapura, menyajikan karyanya The Forest Speaks Back II yang terinspirasi dari pendekatan da Vinci terhadap bidang arsitektur. Dengan menggunakan pendekatan yang sama, Donna ingin mengetengahkan relasi yang komplek antara kota yang dibangun manusia dengan alam, khususnya hutan tropis. Bentuk patung dalam karyanya akan menjadi instalasi visual dari pendekatan pragmatis Singapura yang mendefinisikan dan membangun identitas nasional sendiri melalui penggunaan tanaman tropis dan gedung pencakar langit dalam desain perkotaan.

Da Vinci memiliki pendekatan pragmatis yang tidak biasa pada arsitektur yang berbeda dari pendekatan teoritis dan teologis pada masanya. Da Vinci membuat asosiasi baru antara alam dan arsitektur, dengan secara bebas meminjam pengamatan dan pengetahuan dari satu bidang untuk diterapkan pada bidang lain, guna membentuk desain bangunan dan kota,” jelasnya.

Berminat untuk menghadiri dan merasakan kejeniusan Leonardo da Vinci dari karyanya secara lebih dekat? 

*naskah ini disiapkan untuk Bisnis Indonesia Weekend dan baru tayang pada Maret 2015.



Tulisan ini terkait dengan:  http://kampusbebeck.blogspot.com/2015/02/artscience-museum-menikmati-seni-dan.html




NB: Hampir seluruh gambar diambil dari dari http://www.marinabaysands.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konformitas Dalam Pergaulan Sekolah

Tulisan ini bertujuan untuk memahami dinamika perilaku konformitas dalam pergaulan pelajar di sekolah formal. Bagaimana bentuk konformitasnya? Mengapa hal tersebut terjadi dan mempengaruhi tindakan-tindakan pelajar, serta bahkan dapat membentuk pola kepribadian?  Tulisan ini mengemukakan, bentuk konformitas dalam pergaulan pelajar yang lebih berupa akibat tekanan antar teman (peer pressure) yang terjadi dalam lingkungan yang homogen (sebaya). Kecenderungan untuk mengikuti suara terbanyak akan terjadi karena tekanan untuk menjadi sama terasa semakin besar. Dalam pergaulan sekolah anak didik terbiasa untuk selalu sama, bersikap konformis, sehingga selalu merasa tidak nyaman bila harus beda. Sikap ini dapat terus berlanjut dan membentuk pola kepribadian yang tidak mandiri. Kata kunci : Konformitas, peer group dan peer presure      S ebagai makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri, sudah pasti kita sebagai manusia membutuhkan keberadaan orang lain ...

Driyarkara: Pendidikan sebagai Pemanusiaan Manusia Muda

Dewasa ini masyarakat dunia menghadapi sebuah perubahan global . Hal ini ditandai antara lain oleh semakin maraknya pertumbuhan industri kapitalisme dunia. Semua bidang kehidupan tidak bisa tidak terjerat dengan pengaruh global ini. Tidak terkecuali dengan pranata pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kecenderungan dimana h ukum pasar yang berlaku diantara para pesaing industri pada tingkat global dapat mengarahkan pendidikan yang berorientasi pragmatis. Sesuai dengan hukum penawaran-permintaan , pendidikan hanya didasarkan pada aspek ekonomi. Jadi, ada kecenderungan bahwa pendidikan cenderung hanya mengarahkan anak-didik kepada gambaran manusia yang cakap untuk bekerja dan mendapatkan uang, jadi bukan gambaran manusia yang sebenarnya. Berhadapan dengan g ejala ini, pemikiran seorang filsuf, Nicolaus Driyarkara dapat dijadikan suatu bahan permenungan. Bagi Driyarkara pendidikan merupakan kegiatan sadar untuk memanusiakan manusia muda, yang dia sebut sebagai “hominisasi ...

Hermeneutika Schleiermacher

Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768 – 1834) [1] Di dalam Hermeneutika Filosofis, Schleiermacher dipandang sebagai pelopor hermeneutika modern—meskipun ia sendiri sebenarnya bukanlah seorang filsuf, melainkan seorang teolog dan pendeta protestan. Schleiermacher yang melihat hermeneutika sebagai ‘seni-memahami’, membawa ‘pemahaman’ kepada suatu seni dalam disiplin pendidikan. [2] Di Jerman, teolog-filsuf Schleiermacher berupaya menyelamatkan Kristianitas dengan menginterpretasikannya sebagai agama perasaan dan intuisi atau sebagaimana ia katakan: the sense of infinite in the infinite . [3] Berkenaan dengan hal tersebut, Schleiermacher pun mengembangkan pemikirannya di bidang hermeneutika dan menjadi filsuf Jerman pertama yang merefleksikan secara serius suatu hermeneutika filsafat. Pewaris tradisi hermeneutika yang dibangun oleh Schleiermacher di Jerman antara lain Wilhelm Dilthey dan Max Weber. Untuk lebih mengenal dan memahami pribadi dan pemikiran hermeneutika Fri...