Langsung ke konten utama

Menimbang Integritas Calon Gubernur NTT

Jakarta, 12 Maret 2013

Angkatan Muda Anti Korupsi NTT (AMAK NTT) menyelenggarakan diskusi yang bertajuk “Menimbang Integritas Calon Gubernur NTT”. Diskusi ini bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat melalui informasi agar dapat memilih calon Gubernur berdasar kepada visi dan misi yang jelas serta program yang compatible bagi persoalan mendasar NTT.

Korbinianus Nomer, wakil koordinator AMAK NTT, dalam pembukaan diskusi menuturkan, kegiatan ini menjadi wadah informasi yang diharapkan mencerahkan wawasan publik dalam menyongsong pesta demokrasi di NTT.
“Dalam kurun waktu belakangan, kami telah mencoba melihat latar belakang Cagub-Cawagub NTT melalui berbagai sumber data. Pada hari ini, hasilnya akan dipublikasikan oleh AMAK NTT dan akan diolah dalam ruang diskursif ini, dan diharapkan kemudian menjadi informasi berguna bagi pemilih di NTT,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Lucius Karus, seorang peneliti senior dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia(FORMAPPI) menjelaskan, dalam gegap gempita pertarungan politik di NTT, tracking ini mencoba menelisik substansi kepemimpinan di NTT dengan segala macam potensi dan permasalahan yang mengikutinya dan meneropong integritas Cagub-Cawagub NTT 2013-2018.

“Kita berharap untuk dapat membongkar kebiasan lama, dimana pemimpin NTT sering diposisikan sebagai orang yang tidak tersentuh,” ungkap Lucius yang pada saat diskusi ini didaulat menjadi moderator.

Dalam sesi presentasi, AMAK NTT yang diwakili oleh Frederik Jebada (koordinator Divisi Humas) mengungkapkan bahwa metode yang digunakan dalam tracking Cagub-Cawagub NTT 2013-2018 ini terutama melalui pencarian data-data di berbagai media.

“Jadi, dominannya dalam bentuk informasi sekunder, melalui media main-stream yang di-crosscheck dengan data berita dari media on-line. Untuk data-data perusahaan, dewan direksi atau pun laporan keuangan diperoleh dari laporan yang dirilis oleh perusahaan yang bersangkutan kepada publik,” jelasnya.

Lebih lanjut, Frederik menuturkan, secara keseluruhan visi-misi dari para pasangan calon ini bersifat sangat abstrak dan hampir tanpa diferensiasi dengan calon lain, walau dengan perbedaan prioritas.

“Dari paparan visi-misi kelima pasangan calon, ada beberapa poin yang bisa ditengarai sebagai dasar bagi motivasi pencalonan diri sebagai Cagub dan Cawagub NTT 2013-2018. Poin itu menyangkut permasalahan korupsi yang hampir selalu disajikan dalam bentuk program ‘tata kelola pemerintahan yang baik’. Lalu menyusul, soal pendidikan, kesehatan, pariwisata, pertanian, kemiskinan atau kesejahteraan, birokrasi, daya saing daerah, dan pembangunan daerah perbatasan. Jadi, para Cagub-Cawagub ini menyumbangkan ide pembangunan di NTT berputar di antara ke-sembilan poin tersebut,” jelasnya.

Dari pemetaan poin prioritas tersebut, Frederik mengungkapkan bahwa AMAK melihat dua poin penting serta sensitif yang luput dari fokus para Cagub-Cawagub NTT saat ini. Pertama, terkait dengan problem pengiriman TKI asal NTT keluar negeri yang kualitasnya rendah. Yang kedua, isu mengenai tambang.

“Tidak ada yang spesifik memfokuskan programnya bagi problem ketenagakerjaan di NTT. Lalu, semua Cagub-Cawagub cenderung bermain aman dengan isu tambang, dimana mereka tidak secara eksplisit mengatakan menolak atau menerima keberadaan tambang,” ungkapnya di hadapan sekitar 50-an peserta diskusi.

“Poin ini menjadi penting mengingat selama ini, dengan kondisi kita di sana yang begitu miskin, sumber daya (manusia) yang minim, pemerintah daerah sangat rajin mengobral IUP kepada para pengusaha dalam dan luar negeri,” imbuh Frederik.

Diskusi “Menimbang Integritas Calon Gubernur NTT”

Diskusi “Partisipasi Kaum Muda dalam Memberantas Korupsi di NTT” bertujuan untuk meneropong integritas visi & misi, serta program Cagub-Cawagub NTT 2013-2018; dan sarana aktualisasikan diri dan wadah kepedulian kawula muda AMAK NTT dalam menyambut gegap gempita pertarungan politik di NTT.

Tanpa niat untuk memojokkan salah satu pasangan calon atau pun menaikkan pamor dari calon tertentu lainnya, diskusi ini bersifat netral dan independen—juga dalam pendanaan—serta murni berdasarkan kesadaran dari kawula muda NTT yang tergabung dalam perhimpunan ini.

Profil AMAK NTT

Angkatan Muda Anti Korupsi NTT (AMAK NTT) adalah sebuah wadah berhimpun para pemuda NTT yang mempunyai integritas moral dan kapasitas intelektual untuk terlibat dalam usaha mewujudkan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang demokratis, bebas dari korupsi, berkeadilan ekonomi, sosial, dan jender. Kondisi NTT yang kian memprihatinkan dengan maraknya kasus korupsi yang berkorelasi dengan persoalan kemiskinan, memanggil para pemuda NTT untuk terlibat aktif-konstruktif membangun NTT agar keluar dari lilitan problema korupsi yang menyebabkan berbagai persoalan sosial, politik, ekonomi dan budaya yang selama ini membelenggunya.

Secara historis, Identitas awal yang menyatukan forum ini adalah Perhimpunan Mahasiswa Hukum Manggarai Jakarta (PMHMJ), yang terdiri dari pemuda-pemudi NTT, khususnya yang berasal dari Kabupaten Manggarai, dan mayoritas berpendidikan hukum. Pada awalnya, perhimpunan ini berkumpul dan mendiskusikan masalah-masalah hukum yang terjadi di daerah NTT. Seiring berjalannya waktu, hadirlah niatan bersama perhimpunan untuk tidak sekedar membahas masalah hukum tetapi juga mengambil tindakan yang tegas terhadap pelanggaran hukum, terkhusus tindak pidana korupsi, yang terjadi di daerah NTT. Tanggal 11 Juli 2012 akhirnya menjadi momentum transformasi PMHMJ menjadi ANGKATAN MUDA ANTI KORUPSI NTT (AMAK NTT) dan menyatakan diri untuk secara konsisten bergerak dalam bidang pengawasan dan pemantauan masalah korupsi yang terjadi di provinsi NTT.

AMAK NTT dengan segala harapan dan misi gerakan, akhirnya terekam jelas dalam AD/ART yang disahkan pada pada tanggal 18 Juli 2012. Ke depan, selain mengawal kebijakan pemerintah lokal dan mengawasi isu-isu korupsi, AMAK NTT diharapkan menjadi wadah pembinaan kader muda NTT, agar menjadi pribadi-pribadi yang memiliki integritas moral, cukup kapasitas intelektual yang suatu saat siap menjadi agen-agen perubahan daerah-daerah di NTT.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Driyarkara: Pendidikan sebagai Pemanusiaan Manusia Muda

Dewasa ini masyarakat dunia menghadapi sebuah perubahan global . Hal ini ditandai antara lain oleh semakin maraknya pertumbuhan industri kapitalisme dunia. Semua bidang kehidupan tidak bisa tidak terjerat dengan pengaruh global ini. Tidak terkecuali dengan pranata pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kecenderungan dimana h ukum pasar yang berlaku diantara para pesaing industri pada tingkat global dapat mengarahkan pendidikan yang berorientasi pragmatis. Sesuai dengan hukum penawaran-permintaan , pendidikan hanya didasarkan pada aspek ekonomi. Jadi, ada kecenderungan bahwa pendidikan cenderung hanya mengarahkan anak-didik kepada gambaran manusia yang cakap untuk bekerja dan mendapatkan uang, jadi bukan gambaran manusia yang sebenarnya. Berhadapan dengan g ejala ini, pemikiran seorang filsuf, Nicolaus Driyarkara dapat dijadikan suatu bahan permenungan. Bagi Driyarkara pendidikan merupakan kegiatan sadar untuk memanusiakan manusia muda, yang dia sebut sebagai “hominisasi

Konformitas Dalam Pergaulan Sekolah

Tulisan ini bertujuan untuk memahami dinamika perilaku konformitas dalam pergaulan pelajar di sekolah formal. Bagaimana bentuk konformitasnya? Mengapa hal tersebut terjadi dan mempengaruhi tindakan-tindakan pelajar, serta bahkan dapat membentuk pola kepribadian?  Tulisan ini mengemukakan, bentuk konformitas dalam pergaulan pelajar yang lebih berupa akibat tekanan antar teman (peer pressure) yang terjadi dalam lingkungan yang homogen (sebaya). Kecenderungan untuk mengikuti suara terbanyak akan terjadi karena tekanan untuk menjadi sama terasa semakin besar. Dalam pergaulan sekolah anak didik terbiasa untuk selalu sama, bersikap konformis, sehingga selalu merasa tidak nyaman bila harus beda. Sikap ini dapat terus berlanjut dan membentuk pola kepribadian yang tidak mandiri. Kata kunci : Konformitas, peer group dan peer presure      S ebagai makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri, sudah pasti kita sebagai manusia membutuhkan keberadaan orang lain untuk melangsungkan

Bisnis sebagai Profesi Etis?

Bisnis dan moralitas atau etika berbeda dan tidak ada hubungan sama sekali dan etika justru bertentangan dengan bisnis. Orang bisnis tidak perlu memperhatikan norma-norma dan nilai moral karena bisnis adalah suatu persaingan yang menuntut pelaku bisnis berusaha dengan segala cara dan upaya untuk bisa mencapai ‘keuntungan maksimal’. Ungkapan skeptis di atas sekiranya menggambarkan hubungan bisnis dan etika sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Hal ini juga nampak dalam fenomena umum dunia bisnis o utsourcing . Outsourcing seringkali dibahasakan sebagai sebuah strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada inti bisnisnya, namun dalam praktek pada umumnya didorong oleh ‘ketamakan’ sebuah perusahaan untuk menekan cost serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Namun, diskrepansi dua ranah sebagaimana terdeskripsikan di atas oleh Richard T. De George disebut sebagai ‘Mitos Bisnis Amoral’. Bisnis pada dasarnya tidak terpisahkan dari moral. Bisnis t