Langsung ke konten utama

Menikmati Wisata Kuliner, Jasa Kesehatan dan Warisan Dunia di Penang

Pulau Penang, Malaysia, sudah termasyhur sebagai pusat kesehatan dengan fasilitas layanan berkelas global. Namun, pulau yang terletak di Selat Malaka ini menawarkan wisata kuliner dan situs warisan dunia.

Saya berkesempatan mengunjungi Penang pada Maret 2018 dalam rangka tugas terkait pembukaan layanan penerbangan langsung dari Indonesia oleh salah satu maskapai nasional.




Salah satu destinasi wisata sejarah di Pulau Penang, Malaysia/Dok. Pribadi


 

Penang, sebagai salah satu negara bagian Malaysia, terbagi atas dua bagian besar, yakni Pulau Penang berada di sebelah barat dan Seberang Perai yang masih menyatu dengan semenanjung Malaysia. Kedua wilayah ini dihubungkan oleh Jembatan Penang sepanjang 13,5 km dan Jembatan Penang II sepanjang 23,5 km.

Dengan populasi mencapai 2 juta jiwa, penduduk Pulau Penang terbilang sangat beragam dari sisi budaya dan etnis. Sekitar 65% penduduk Penang memang berlatar etnis China yang berbahasa Hokkien, sedangkan selebihnya merupakan orang Melayu dan Tamil dari berbagai macam negara, seperti Bangladesh, Pakistan dan India.

Pulau Penang sendiri terkenal dengan fasilitas kesehatan berkelas dunia, antara lain Gleneagles dan Island Hospital. Rumah sakit bertaraf global itu menawarkan layanan lengkap untuk penanganan sejumlah penyakit berat, dengan spesialisasi neuroscience, ortopedi, dan gastroenterologi.

Dengan layanan mumpuni, fasilitas kesehatan di Pulau Penang menawarkan harga yang lebih kompetitif dari rumah sakit di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia.

Tak mengherankan, sebagian besar pasien internasional yang berobat ke rumah sakit di Penang berasal dari Indonesia. Selain itu, pasien yang berobat ke Penang berasal dari Vietnam, Hong Kong, Australia dan Jepang. Apalagi, biaya hidup bagi pasien yang berobat dalam kurun waktu lama di Penang diklaim lebih murah.

Di samping itu, Pulau Penang menawarkan wisata yang menarik bagi para pasien dan keluarganya. Salah satunya adalah wisata kuliner.

Petunjuk arah di Georgetown, Pulau Penang, Malaysia/Dok. Pribadi


Heterogennya masyarakat menjadi faktor utama yang menyebabkan Pulau Penang menjadi surga makanan dengan beragam pilihan wisata kuliner. Mulai dari makanan khas Melayu, India, hingga varian makanan orang Hokkien, semuanya tersedia.

Dari pagi hingga tengah malam, penjaja makanan selalu siap memanjakan lidah wisatawan di hampir setiap ruas jalan George Town. 

Salah satu pusat wisata kuliner yang dapat dikunjungi pada malam hari adalah Gurney Drive. Di kawasan ini, wisatawan dapat memilih tempat makan, mulai dari restoran dengan konsep fine dining, bar dengan hiburan live music, dan food court dengan ratusan pilihan jajanan.

Untuk pilihan tempat terakhir itu, tersedia beragam pilihan makanan, baik yang tradisional maupun yang modern. Nasi Lemak dan Nasi Kari merupakan salah satu makanan khas di Pulau Penang. Selain itu, ada Mie Hokkien dan juga Asam Laksa. Perlu diketahui makanan terakhir ini berlabel ‘tidak halal’.

Kendati begitu, masih ada banyak lagi pilihan makanan yang bisa dieksplor oleh wisatawan saat berkunjung ke pulau dengan julukan ‘Mutiara dari Timur’ ini.

Salah satu destinasi wisata sejarah di Pulau Penang, Malaysia/Dok. Pribadi


Selain wisata kuliner, Pulau Penang, juga menawarkan wisata sejarah. Pasalnya, UNESCO sejak 2008 telah menobatkan Pulau Penang sebagai salah satu situs warisan dunia. 

Kota George Town masih menyisakan jejak sejarahnya dengan bangunan-bangunan berumur ratusan tahun di berbagai sisinya. Ibu Kota Penang ini menyajikan petilasan dari abad-abad silam.

Di Penang, misalnya, ada Masjid Melayu Lebuh Acheh yang dibangun pada 1808. Ada pula gedung Swee Hock Chan yang dimiliki Goh Say Eng yang pernah dikunjungi pemimpin revolusi Republik Rakyat China, Sun Yat Sen.

Di sepanjang jalan itu pun banyak dijumpai lukisan jalanan atau street art painting (mural) yang cukup tersohor. Objek lukisan ini cukup diminati oleh pelancong untuk berfoto.

Salah satu lukisan mural di Georgetown, Pulau Penang, Malaysia/Dok. Pribadi


George Town juga dapat dinikmati dari ketinggian melalui gedung tinggi, The  Top @Komtar. Di sini, wisatawan dapat menikmati pemandangan kota bersejarah ini dari lantai 68 gedung yang berlantaikan kaca.

Sedikit keluar dari George Town, tepatnya di Teluk Bahang, Pulau Penang menyediakan sebuah destinasi wisata dan edukasi berupa Entopia, sebuah pusat konservasi kupu-kupu dan serangga. Di tempat ini, wisatawan dapat melihat ribuan jenis kupu-kupu, serangga dan sejumlah hewan unik lainnya layaknya di alam bebas.

Pengunjung memotret kupu-kupu di Entopia, di Pulau Penang, Malaysia/Dok. Pribadi


Satu lagi tempat yang wajib dikunjungi di Pulau Penang adalah Bukit Bendera atau Penang Hill yang berjarak sekitar 6 kilometer dari George Town. Destinasi wisata ini merupakan salah satu peninggalan kolonial di Semenanjung Malaysia yang digunakan sebagai pusat pemberi informasi dan juga resort bagi tentara Kerajaan Inggris di masa itu. Di situ terbentang pula satu-satunya konservasi hutan hujan basah di Pulau Penang dan dilindungi sejak 1960.

Jadi, di Penang, pelancong bisa berobat sembari menikmati wisata kuliner dan sejarah.

“Di Penang orang tidak akan mati karena kelaparan, tetapi bisa mati karena kekenyangan,” kata pramuwisata yang memandu saya menikmati kelak-keluk Penang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Driyarkara: Pendidikan sebagai Pemanusiaan Manusia Muda

Dewasa ini masyarakat dunia menghadapi sebuah perubahan global . Hal ini ditandai antara lain oleh semakin maraknya pertumbuhan industri kapitalisme dunia. Semua bidang kehidupan tidak bisa tidak terjerat dengan pengaruh global ini. Tidak terkecuali dengan pranata pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kecenderungan dimana h ukum pasar yang berlaku diantara para pesaing industri pada tingkat global dapat mengarahkan pendidikan yang berorientasi pragmatis. Sesuai dengan hukum penawaran-permintaan , pendidikan hanya didasarkan pada aspek ekonomi. Jadi, ada kecenderungan bahwa pendidikan cenderung hanya mengarahkan anak-didik kepada gambaran manusia yang cakap untuk bekerja dan mendapatkan uang, jadi bukan gambaran manusia yang sebenarnya. Berhadapan dengan g ejala ini, pemikiran seorang filsuf, Nicolaus Driyarkara dapat dijadikan suatu bahan permenungan. Bagi Driyarkara pendidikan merupakan kegiatan sadar untuk memanusiakan manusia muda, yang dia sebut sebagai “hominisasi

Konformitas Dalam Pergaulan Sekolah

Tulisan ini bertujuan untuk memahami dinamika perilaku konformitas dalam pergaulan pelajar di sekolah formal. Bagaimana bentuk konformitasnya? Mengapa hal tersebut terjadi dan mempengaruhi tindakan-tindakan pelajar, serta bahkan dapat membentuk pola kepribadian?  Tulisan ini mengemukakan, bentuk konformitas dalam pergaulan pelajar yang lebih berupa akibat tekanan antar teman (peer pressure) yang terjadi dalam lingkungan yang homogen (sebaya). Kecenderungan untuk mengikuti suara terbanyak akan terjadi karena tekanan untuk menjadi sama terasa semakin besar. Dalam pergaulan sekolah anak didik terbiasa untuk selalu sama, bersikap konformis, sehingga selalu merasa tidak nyaman bila harus beda. Sikap ini dapat terus berlanjut dan membentuk pola kepribadian yang tidak mandiri. Kata kunci : Konformitas, peer group dan peer presure      S ebagai makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri, sudah pasti kita sebagai manusia membutuhkan keberadaan orang lain untuk melangsungkan

Bisnis sebagai Profesi Etis?

Bisnis dan moralitas atau etika berbeda dan tidak ada hubungan sama sekali dan etika justru bertentangan dengan bisnis. Orang bisnis tidak perlu memperhatikan norma-norma dan nilai moral karena bisnis adalah suatu persaingan yang menuntut pelaku bisnis berusaha dengan segala cara dan upaya untuk bisa mencapai ‘keuntungan maksimal’. Ungkapan skeptis di atas sekiranya menggambarkan hubungan bisnis dan etika sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Hal ini juga nampak dalam fenomena umum dunia bisnis o utsourcing . Outsourcing seringkali dibahasakan sebagai sebuah strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada inti bisnisnya, namun dalam praktek pada umumnya didorong oleh ‘ketamakan’ sebuah perusahaan untuk menekan cost serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Namun, diskrepansi dua ranah sebagaimana terdeskripsikan di atas oleh Richard T. De George disebut sebagai ‘Mitos Bisnis Amoral’. Bisnis pada dasarnya tidak terpisahkan dari moral. Bisnis t