Seruan di atas tak dikutip dari status media sosial masa kini. Bukan pula dari pesan berantai melalui aplikasi pesan instan. Nukilan itu datang dari Pastor Paneloux yang mencoba menjelaskan makna wabah sampar yang meluluhlantakkan penduduk Oran. Dia sekonyong-konyong menerangkan secara metafisik-religius makna bencana yang dikisahkan dalam novel La Peste (Sampar) karya filsuf dan sastrawan, Albert Camus. Di tengah ancaman wabah itu, kekacauan merebak, pemerintah meminimalisir persoalan, media massa sibuk dengan urusannya sendiri, sedangkan rakyat kebanyakan justru tak mau tahu. Roman yang perdana dirilis pada 1947 itu menyajikan sebuah kemenungan tentang eksistensi manusia di hadapan bencana, derita dan kematian. Sebuah alternatif refleksi pengingat manusia dalam bersikap di depan bencana, tak terkecuali situasi dunia saat ini yang dihadapkan pandemi virus corona (COVID - 19). Tak melulu lantaran ada keserupaan situasi yang tengah dihadapi umat manusia saat ini, ...
ide yang berpendar dari masa subur