Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Setelah Sekian Penaklukan

23 Oktober 2014 S emalam, setelah sempat terlelap lebih awal akibat padatnya aktivitas, saya larut dalam perbincangan dengan seorang kawan. Bukan kawan biasa, pasalnya bertahun-tahun dia terkenal di seantero kosan sebagai penakluk banyak wanita. Sulit untuk menghitung atau pun sekedar mengingat wanita mana yang jadi pacarnya, saking banyaknya, sekali lagi banyak, yang diperkenalkan sebagai pacar. Percakapan kami juga tidak seperti biasa. Tanpa suasana ceria penuh canda, obrolan pun bernada sendu dengan rasa mendayu-dayu. Seringkali, setelah berbicara kawan satu ini bergeming beberapa saat. Tidak fokus. Perhatiannya teralihkan oleh rasa duka. Ya, dia sedang berduka. Berduka karena mantan pacar utama-nya (atau 'provost', istilah ngetren di kosan untuk pacar no.1 atau yang utama. Yang lain? Entah lah) nampaknya akan segera menikah. "Iya nal, aku lihat di FB-nya posting foto-foto pra-wedd," jelasnya dengan aksen Sumatera yang tegas. Tepat jelang

Ada Apa Dengan Bekasi?

A khir pekan lalu, tagar #Bekasi di jejaring sosial Twitter muncul dalam daftar trending topics. Alih-alih sebagai penanda prestasi, kegaduhan di jagat maya tersebut justru sarat dengan kritikan bernada lelucon mengenai ‘Kota Patriot’.Netizen beramai-ramai mem- bully Kota Bekasi dengan beragam kalimat sarkastik dan meme. Alasannya, Kota Bekasi dinilai memiliki jarak yang jauh dari Ibu Kota DKI Jakarta, dengan infrastruktur jalan yang tidak memadai dan tingkat kemacetan yang tidak dapat ditolerir lagi. Belum lagi, suhu panas yang dianggap jauh melebihi area penyangga Jakarta lainnya. Kota Bekasi pun menjadi bulan-bulanan di sejumlah media sosial. Menanggapi fenomena itu, Wali Kota Rahmat Effendy angkat bicara. Menurutnya, Kota Bekasi sudah jauh berkembang menuju terbentuknya sebuah kota metropolitan. Kondisi itu ditandai dengan pertumbuhan sektor jasa dan perkembangan yang menjadi andalan Kota Patriot. Peningkatan sektor itu, jelasnya, tentu didukung oleh peningkatan infrastrukt

BUMD Kota Bekasi: Prioritas Pelayanan atau Pendapatan?

“Bagi saya PAD [sumbangsih bagi Pendapatan Asli Daerah] itu tidak penting. Yang lebih penting adalah kemampuan melakukan ekspansi dan menambah jangkauan pelayanan. Jika perlu, PAD-nya kami kembalikan sepuluh kali lipat untuk menambah jangkauan pelayanan.” D i sela-sela perayaan hari jadi ke-8 PDAM Tirta Patriot, Agustus 2014, jawaban Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi tersebut terucap. Kalimat-kalimat itu diarahkan pada pertanyaan awak media terkait kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang disoal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dalam laporan keuangan  2013 Pemerintah Kota Bekasi. Dengan jawaban itu, Rahmat menegaskan prioritas utama pemkot dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui BUMD Kota Bekasi. Peningkatan PAD Kota Bekasi lantas menjadi tujuan berikutnya dari keterlibatan pemerintah dalam usaha di sector-sektor strategis yang ada. Bahkan, Rahmat kembali menegaskan niat pemerintah daerah untuk segera mengakuisisi sepenuhnya PDAM Tirta Bhagasasi guna me

Menyoal Sumbangsih BUMD Kota Bekasi

A da hal yang menarik dari laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia atas laporan keuangan Pemerintah Kota Bekasi pada  2013 . Bukan hanya opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang telah diberikan dalam tiga tahun terakhir, BPK melalui surat No. 28.B/S-HP/XVIII.BDG/05/2014 melampirkan empat catatan terkait kinerja pengelolaan keuangan Pemkot Bekasi pada  2013  yang perlu diperbaiki. Satu di antara catatan itu menyoroti penyertaan modal Pemkot Bekasi kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pada  2013 . Pada rentang waktu itu, dua BUMD yang mendapatkan suntikan penyertaan modal senilai Rp13,3 miliar dari Pemkot Bekasi ternyata tidak memberikan kontribusi apa-apa bagi penerimaan daerah. Tidak butuh waktu lama, pernyataan dan pertanyaan bernada kritik melalui sejumlah media lantas diajukan kepada Pemkot Bekasi. Bagaimana kinerja BUMD selama ini? Hingga saat ini Pemkot Bekasi memiliki lima BUMD. Empat di antaranya dimiliki sepenuhnya oleh pemkot, yakni Perusahaa