Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Da Vinci: Merasakan Inovasi Seni dan Ilmu Pengetahuan

  T idak terbantahkan lagi, Leonardo da Vinci (April 15 1452 - 2 Mei 1519) menjadi salah satu manusia jenius dengan beragam bakat yang pernah ada di dunia. Tidak hanya sebagai seniman, dalam hari-hari hidupnya da Vinci terus mentransformasikan ide visionernya sebagai arsitek, ilmuwan, insinyur, ahli matematika, dan desainer. Dari lukisan ikonik, seperti  Mona Lisa  dan  The Last Supper , melakukan  terobosan dalam bidang anatomi, fisika, hidrolik, hingga menciptakan teknologi militer. Da Vinci sungguh menjadi simbol semangat  Renaissance  yang tumbuh di Italia pada masa itu. Tanpa melihat batasan antara seni dan ilmu pengetahuan, da Vinci menghasilkan karya inovatif dengan perspektif holistik.  Kecemerlangan teknologi dan kejeniusan artistik itu pun terus menggema dan menginspirasi para seniman dan ilmuwan hingga saat ini. Spirit inovatif itulah yang ingin disajikan pameran bertajuk  Da Vinci: Shaping the Future , yang dihelat sejak pertengahan November lalu hingga Mei

Konflik Agraria: Petani Telukjambe Barat Berharap Pada Jokowi

L ayaknya ritual rutin, awal musim penghujan jelang akhir tahun menjadi sebuah pertanda bagi petani padi. Ya, awal hujan itu menjadi pertanda dapat dimulainya musim tanam. Pada saat itu bulir-bulir hujan dari langit yang memenuhi lahan garapan seakan menyiapkan ruang tumbuh bagi benih padi. Sementara, para petani mulai bergulat dengan waktu untuk menyemainya. Musim penghujan sungguh menjadi awal dari harapan seluruh petani untuk menuai harapan di musim panen. Namun, pada tahun ini pengalaman berbeda mesti dihadapi para petani di tiga desa, yakni desa Wanakerta, Wanasari dan Margamulya di Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten   Karawang , Jawa Barat. Konflik agraria yang tak kunjung terselesaikan dengan PT. Sumber Air Mas Pratama (SAMP), salah satu anak usaha PT Agung Podomoro Land  Tbk. akhirnya berujung pada eksekusi lahan. Tepatnya 24 Juni 2014, Pengadilan Negeri   Karawang   dengan pengawalan 7.000 aparat kepolisian melakukan eksekusi lahan sengketa seluas 350 hekta

Produksi Jagung, Petani Butuh Dukungan Sarana dan Jaminan Pasar

Sebuah catatan dari kaki Gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, 19 November 2014. H ujan baru saja membasuh Desa Perbesi dari sisa abu vulkanik Gunung Sinabung, ketika Basmi Ginting mulai bercerita mengenai kendala yang dihadapi para petani jagung di Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Para petani, jelasnya, sempat mengalami kelangkaan pupuk selama empat musim. "Kami kesulitan mencari pupuk bersubsidi selama empat musim. Yang ada hanya pupuk reguler dengan harga mahal, sampai Rp132.000/sak," ungkapnya di sela-sela acara Temu Petani Jagung yang diselenggarakan PT Syngenta Indonesia pekan lalu. Belum lagi, lanjutnya, hingga saat ini belum ada jaminan kepastian harga jagung hasil panen para petani. Produk para petani seringkali ditawar dengan harga di bawah ketentuan. Kondisi itu, ungkap Basmi, tak ayal membuat para petani resah. Tidak jarang, para petani jagung akhirnya memilih menjual hasil panennya kepada para pengumpul, yang langs

Setelah Sekian Penaklukan

23 Oktober 2014 S emalam, setelah sempat terlelap lebih awal akibat padatnya aktivitas, saya larut dalam perbincangan dengan seorang kawan. Bukan kawan biasa, pasalnya bertahun-tahun dia terkenal di seantero kosan sebagai penakluk banyak wanita. Sulit untuk menghitung atau pun sekedar mengingat wanita mana yang jadi pacarnya, saking banyaknya, sekali lagi banyak, yang diperkenalkan sebagai pacar. Percakapan kami juga tidak seperti biasa. Tanpa suasana ceria penuh canda, obrolan pun bernada sendu dengan rasa mendayu-dayu. Seringkali, setelah berbicara kawan satu ini bergeming beberapa saat. Tidak fokus. Perhatiannya teralihkan oleh rasa duka. Ya, dia sedang berduka. Berduka karena mantan pacar utama-nya (atau 'provost', istilah ngetren di kosan untuk pacar no.1 atau yang utama. Yang lain? Entah lah) nampaknya akan segera menikah. "Iya nal, aku lihat di FB-nya posting foto-foto pra-wedd," jelasnya dengan aksen Sumatera yang tegas. Tepat jelang

Ada Apa Dengan Bekasi?

A khir pekan lalu, tagar #Bekasi di jejaring sosial Twitter muncul dalam daftar trending topics. Alih-alih sebagai penanda prestasi, kegaduhan di jagat maya tersebut justru sarat dengan kritikan bernada lelucon mengenai ‘Kota Patriot’.Netizen beramai-ramai mem- bully Kota Bekasi dengan beragam kalimat sarkastik dan meme. Alasannya, Kota Bekasi dinilai memiliki jarak yang jauh dari Ibu Kota DKI Jakarta, dengan infrastruktur jalan yang tidak memadai dan tingkat kemacetan yang tidak dapat ditolerir lagi. Belum lagi, suhu panas yang dianggap jauh melebihi area penyangga Jakarta lainnya. Kota Bekasi pun menjadi bulan-bulanan di sejumlah media sosial. Menanggapi fenomena itu, Wali Kota Rahmat Effendy angkat bicara. Menurutnya, Kota Bekasi sudah jauh berkembang menuju terbentuknya sebuah kota metropolitan. Kondisi itu ditandai dengan pertumbuhan sektor jasa dan perkembangan yang menjadi andalan Kota Patriot. Peningkatan sektor itu, jelasnya, tentu didukung oleh peningkatan infrastrukt

BUMD Kota Bekasi: Prioritas Pelayanan atau Pendapatan?

“Bagi saya PAD [sumbangsih bagi Pendapatan Asli Daerah] itu tidak penting. Yang lebih penting adalah kemampuan melakukan ekspansi dan menambah jangkauan pelayanan. Jika perlu, PAD-nya kami kembalikan sepuluh kali lipat untuk menambah jangkauan pelayanan.” D i sela-sela perayaan hari jadi ke-8 PDAM Tirta Patriot, Agustus 2014, jawaban Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi tersebut terucap. Kalimat-kalimat itu diarahkan pada pertanyaan awak media terkait kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang disoal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dalam laporan keuangan  2013 Pemerintah Kota Bekasi. Dengan jawaban itu, Rahmat menegaskan prioritas utama pemkot dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui BUMD Kota Bekasi. Peningkatan PAD Kota Bekasi lantas menjadi tujuan berikutnya dari keterlibatan pemerintah dalam usaha di sector-sektor strategis yang ada. Bahkan, Rahmat kembali menegaskan niat pemerintah daerah untuk segera mengakuisisi sepenuhnya PDAM Tirta Bhagasasi guna me

Menyoal Sumbangsih BUMD Kota Bekasi

A da hal yang menarik dari laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia atas laporan keuangan Pemerintah Kota Bekasi pada  2013 . Bukan hanya opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang telah diberikan dalam tiga tahun terakhir, BPK melalui surat No. 28.B/S-HP/XVIII.BDG/05/2014 melampirkan empat catatan terkait kinerja pengelolaan keuangan Pemkot Bekasi pada  2013  yang perlu diperbaiki. Satu di antara catatan itu menyoroti penyertaan modal Pemkot Bekasi kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pada  2013 . Pada rentang waktu itu, dua BUMD yang mendapatkan suntikan penyertaan modal senilai Rp13,3 miliar dari Pemkot Bekasi ternyata tidak memberikan kontribusi apa-apa bagi penerimaan daerah. Tidak butuh waktu lama, pernyataan dan pertanyaan bernada kritik melalui sejumlah media lantas diajukan kepada Pemkot Bekasi. Bagaimana kinerja BUMD selama ini? Hingga saat ini Pemkot Bekasi memiliki lima BUMD. Empat di antaranya dimiliki sepenuhnya oleh pemkot, yakni Perusahaa