Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Sertifikasi Tanah, Biaya Mahal dan Waktu Tak Tentu Masih Jadi Kendala

P ersatuan perusahaan Realestate Indonesia (REI) baru saja mengakhiri musyawarah nasional (Munas) ke-14. Sejumlah agenda penting terkait dengan peningkatan kuantitas dan kualitas sektor real estate di Indonesia pun dicetuskan. Satu di antaranya adalah beban tugas untuk menemukan solusi bagi hambatan administratif di bidang pertanahan yang seringkali dianggap menjadi biang keladi molornya proses serah terima unit properti. Dalam Munas yang berlangsung selama tiga hari di Ibukota Jakarta tersebut, mayoritas dari sekitar 3000 anggota REI mengeluhkan permasalahan tersebut. Dua hal yang menjadi kendala utama, yakni mahalnya biaya dan tidak tentunya jangka waktu pengurusan sertifikat tanah. "Biaya perijinan dan sertifikat tanah kami rasakan masih menjadi beban biaya tinggi tanpa adanya kejelasan biaya dan waktu penyelesaiannya," kata Mantan Ketua Umum DPP REI Setyo Maharso (2010- 2013 ) dalam sambutan pembukaan musyawarah nasional (Munas) REI ke-14 di Jakarta, baru-baru

Eddy Hussy: 3S dan Fokus Pada MBR

M usyawarah Nasional Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI) ke-14 telah berlangsung selama tiga hari di Jakarta. Di samping mengevaluasi dan menentukan arah kebijakan asosiasi, perhelatan tersebut juga menjadi ajang penentuan sosok Ketua Umum DPP REI untuk periode  2013 -2016. Memasuki masa puncak Munas, Eddy Hussy akhirnya tampil meraih tampuk kepeminpinan REI dengan perolehan suara mencapai 87 dari 175 suara yang diperebutkan. Perolehan tersebut meninggalakan calon lainnya Teguh Kinarto, Wakil Ketua REI periode 2010- 2013 , yang hanya memeroleh 83 suara. Untuk itu, dalam masa kepemimpinannya ke depan mantan Sekretaris Jenderal DPP REI 2010- 2013  ini pun menawarkan program 3S, yakni ‘Solusi, Sosialisasi, dan Solidaritas’. Dengan tujuan utama untuk mengembangkan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dia berjanji akan membawa REI ke arah yang labih baik. Berikut ini kutipan wawancara dengan Eddy Hussy setelah terpilih sebagai Ketua Umum DPP REI  2013

Ciputra: Pengembang Mesti Siapkan Inovasi Hadapi Perlambatan

P engembang properti ditantang untuk menghadirkan berbagai inovasi dalam menghadapi  pasar properti 2014 yang diprediksi melambat jika dibandingkan periode emasnya dalam tiga tahun terakhir. Pengusaha properti kawakan, dan juga pendiri Grup Ciputra, Ir. Ciputra mengatakan pihaknya tengah mencari inovasi terbaru untuk mengatasi keadaan tersebut. Dia menjelaskan ketika menghadapi krisis ekonomi pada 1997 pihaknya berhasil menemukan model pengembangan inovatif sehingga grup usahanya dapat melewati masa tersebut. Untuk itu, dia mengungkapkan pihaknya akan mencari model pengembangan yang berbeda untuk menghadapi masa krisis saat ini. “Keadaan ini bisa berlangsung 6 bulan, bisa juga hingga 3 tahun. Nah sekarang bagaimana kita menciptakan model baru untuk menghadapi krisis ini, sebab krisis sekarang berbeda dengan krisis yang lalu. Entah memperbanyak ekspansi, menambah  landbank  atau berhemat dulu,” katanya dalam kata sambutan  founders day  Grup Ciputra, Kamis (21/11).

Pertumbuhan Properti Bergantung Pada Infrastruktur

B erbagai lembaga riset meyakini proses pertumbuhan properti tahun depan lebih melandai. Kelompok investor diprediksi akan cenderung lebih menahan diri dan memutuskan untuk mengambil sikap wait and see, seiring dengan memasukinya tahun pemilihan umum. Assiciate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto melihat tetap ada peluang pada berbagai jenis properti mulai dari residensial, perkantoran, maupun ritel untuk berkembang, kendati tidak seagresif tahun sebelumnya. Bagaimana padangan Anda terhadap prospek pertumbuhan properti ke depan? Properti pada 2014 sebetulnya masih mempunyai prospek untuk berkembang. Properti tidak mati, yang turun hanya growth-nya. Memang pada 2012 merupakan puncak dari perkembangan pasar, namun pada pertengahan  2013 , pasar properti mengalami perubahan dan mulai melambat. Hal ini diawali dengan kenaikan BBM (bahan bakar minyak). BBM mengubah rencana bisnis perusahaan ke depan. Yang mempunyai rencana ekspansi, kemudian b

Setyo Maharso: Pengembang Mulai Was-Was

S ektor properti dinilai mengalami pertumbuhan sangat tinggi beberapa tahun terakhir. Khususnya terhitung pada 2010 lalu, istilah booming properti makin sering terdengar. Meskipun begitu, sepertinya puncak siklus sudah terlewati dan mulai memasuki fase perlambatan. Di sisi lain, berbagai faktor eksternal khususnya regulasi terkait properti dinilai malah menjadi bumerang. Bagaimana pertumbuhan pasar tahun depan? Dalam diskusi bersama tim Redaksi Bisnis Indonesia, Ketua Umum DPP Realestat Indonesia Setyo Maharso mengemukakan sudut pandangnya terhadap naik-turunnya pasar properti. Menurut Anda, bagaimana prediksi pertumbuhan pasar properti pada 2014? Tahun 2014 itu adalah tahun politik, membawa efek positif dan negatif bagi sektor properti. Positif, karena banyak uang yang beredar di masyarakat terutama jelang pemilu (pemilihan umum). Artinya, dapat menggerakkan daya beli. Negatif, karena bahkan sejak jelang akhir tahun ini sudah banyak regulasi-regulasi yang berseliweran

Tol Semarang-Solo: Dipacu Untuk Segera Rampung

D igarap dengan nilai investasi Rp6,011 triliun, Jalan Tol Semarang-Solo tentunya menjanjikan keuntungan strategis bagi provinsi Jawa Tengah. Apalagi setelah kehadiran pelabuhan laut Tanjung Emas dan bandara Ahmad Yani, jalan tol dengan panjang 75,66 km tersebut dipercaya akan semakin mendongkrak kegiatan perekonomian provinsi, terutama di Ibukotanya, Semarang. Mulai diusahakan pada tahun 2007, tol Semarang-Solo dikelola oleh PT Trans Marga Jateng, anak perusahaan PT Jasa Marga yang berpatungan dengan BUMD Jawa Tengah, PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah. Pembangunan tol yang merupakan bagian dari jaringan jalan tol Trans Jawa yang dicanangkan oleh Pemerintah pun dibagi dalam dua tahap pembangunan. Tahap pertama terdiri dari dua seksi, yakni seksi I Semarang-Ungaran sepanjang 11,3 yang sudah mulai beroperasi pada akhir 2011 dan seksi II Ungaran-Bawen dengan panjang  11,95 yang memasuki tahap penyelesaian akhir. Sementara tahap kedua terbagi dalam tiga seksi, yakni seksi III (Bawen-Sa

Akreditasi Perguruan Tinggi: Adu Gengsi Sambut Integrasi Ekonomi

P esatnya peningkatan jumlah perguruan tinggi terutama PTS, dari sudut pandang pemerintah pemerintah, seakan belum mampu mengimbangi kebutuhan Indonesia sebagai negara dengan wilayah dan jumlah penduduk yang besar. Ini diterjemahkan dalam pencapaian angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi.  Peningkatan jumlah ini pun diyakini menjadi syarat mutlak peningkatan mutu perguruan  tinggi nasional. APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK merupakan indikator paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK juga  menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. Guru Besar dan Rektor Universitas Islam Indonesia yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid punya pendapat  berbeda.

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi: Antara Bisnis dan Filantropi

Komposisi Pasar, Daya Tampung Perguruan Tinggi & Pengangguran Tahun     Pendaftar SNMPTN                Kuota Penerimaan                PTN Penampung          Angka Pengangguran [siswa]                                    [siswa]                             [Universitas]                                       [orang] 2008       378.054                                 83.490                                   57                                           626.202 2009       422.418                                  92,511                                     57                                           626.621 2010        447.201                                  88.401                                    57                                          820.020 2011        540.928                                 110.149                                   60                                            612.717 2012        618.804                                  106.363          

Pendidikan Tinggi, Pusat Bisnis?

P endidikan tinggi niscaya merupakan ujung tombak dari pembangunan sebuah bangsa. Tak terkecuali dengan Indonesia, tahap pendidikan formal ini menjadi palang pintu terakhir yang menabhiskan  manusia Indonesia sebelum memasuki dunia kerja. Memotret pendidikan tinggi di Nusantara dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perguruan tinggi (PT) meningkat secara signifikan. Data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti)—per 1 Agustus 2012, ketika Dikti melakukan penghentian sementara (moratorium) pendirian dan perubahan bentuk perguruan tinggi, serta pembukaan program studi—menunjukkan jumlah PT mencapai 3216. Dari data tersebut, tercatat 3124 perguruan tinggi swasta (PTS) dan 92 perguruan tinggi negeri (PTN). jumlah ini meningkat drastis bila dibandingkan dengan data Dikti pada tahun 2007, hanya ada 2643 PTS dan 87 PTN. Terutama PTS, pertumbuhan jumlah ini tentunya menambah ketat persaingan di antara institusi pendidikan tinggi untuk menjadi center of exellence di bidang