Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2010

Menapak Jejak di Puncak Merbabu

“Ayo cuiy, kita jalan lagi! Semangat…! Kita pasti bisa nyampe puncak…! Tampang sangar, brewokan, tubuh kekar, tapi kok manja…!? Ntar malu lho… jauh-jauh dari Jakarta tapi ga bisa muncak…!” Dalam Ekspedisi Merbabu (25-29 Maret 2009), seruan di atas seakan menjadi slogan. Rangkaian kata-kata bernada canda dan mengundang tawa—sekurang-kurangnya senyuman—macam itulah yang menjadi semacam minuman penyegar bagi kami, para Jeladers (sebutan untuk para anggota Jelajah Alam Driyarkara).  Ajakan bermuatan semangat itu mencoba untuk menyegarkan kembali asa kami dalam menggapai puncak. Apalagi ketika beberapa orang di antara kami mulai meragukan diri, yang secara fisik lelah dan dalam kondisi itu secara mental mereka tertekan. Dalam balutan suhu udara pegunungan yang mungkin hanya sisa satu digit angka dan derasnya badai angin, beberapa kawan merasa tidak sanggup untuk melanjutkan pendakian. Jalur pendakian yang cukup menyulitkan dengan kemiringan + 60o, gelapnya malam, dan deru angin de

STF Driyarkara, Memang Beda

S ejauh pengalamanku, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara terasa “beda”. STF Driyarkara sungguh berbeda jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya di seantero Jakarta, atau mungkin bahkan setanah air. Paling tidak perbandinganku berdasar pada pengalaman ketika bertandang ke kampus lain, sharing dengan kawan-kawan dari perguruan tinggi lain atau bahkan dari pengamatan acara-acara yang ditayangkan di TV (termasuk dari film, sinetron, dan sejenisnya). Namun, dalam perbedaan itu hadir suatu rasa bangga ketika menyadari kesempatanku untuk mengenyam pendidikan di STF Driyarkara. Atau mungkin bahkan sedikit kesombongan mengendap dalam diri ketika menyandang status mahasiswa dari sekolah tinggi bergensi ini. Mungkin rasaku ini terlalu berlebihan, tapi siapa sih yang tidak bangga menjadi mahasiswa STF Driyarkara. Sekolah Tinggi Filsafat prestisius yang dipenuhi dosen-dosen kaliber nasional dan berakreditasi “terbaik”!!! Menjadi seorang mahasiswa dengan spesifikasi dalam bidang filsa

Ciri “Non-Kooperasi”, Ke-Indonesia-an Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Tanpa kita sadari, bangsa kita telah mencapai usia 6 4 tahun kemerdekaannya. Ada begitu banyak kisah yang telah tercatat dalam rentang waktu tersebut. Mulai dari perjuangan untuk mencapai kemerdekaan hingga perjuangan membangun bangsa demi suatu cita-cita yang ‘ mungkin separuhnya ’ sudah dan sedang kita rasakan. Jelaslah bahwa perjuangan yang di mulai dari usaha untuk mencapai kemerdekaan hingga keadaan seperti sekarang ini sangatlah berat. Begitu banyak cara dilakukan demi terwujudnya suatu masyarakat yang merdeka, adil dan makmur. Namun, tidak dapat dielakkan juga bahwa ada begitu banyak hal yang dikorbankan demi cita-cita tersebut. Pada masa sebelum kemerdekaan ada begitu banyak usaha yang dilakukan para pejuang untuk mencapai kemerdekaan. Dari usaha yang bersifat fisik dengan melakukan pemberontakan yang bermodalkan senjata seadanya hingga usaha yang bersifat intelektual dengan propaganda pemikiran dan semangat independensi bangsa indonesia terhadap penjajah, serta

Sekularisme: Hubungan Agama dan Negara dalam Perspektif Pancasila

Hubungan negara dan agama telah menjadi suatu perdebatan yang cukup hangat dalam sejarah dan kancah perpolitikan di Indonesia. Wacana hubungan negara dan agama terjadi di kalangan politikus dan tokoh masyarakat. Relasi agama dan negara sebagaimana dialami Indonesia selalu mengalami pasang surut.  Suatu ketika hubungan di antara keduanya berlangsung harmonis, namun di saat yang lain mengalami ketegangan sebagaimana tercermin dari pemberontakan atas nama agama di tahun 1950-1960. Polemik memperlihatkan adanya suatu perbedaan pendapat tentang hubungan negara dan agama di Indonesia.  Perbedaan ini melahirkan ketegangan-ketegangan politik ideologi. Polemik tentang secular state menunjukkan fakta bahwa relasi antar keduanya tidak berdiri sendiri, melainkan juga dipengaruhi persoalan politik, ekonomi, dan budaya dan juga sekaligus memperlihatkan bahwa persoalan hubungan negara dan agama menjadi bidang kajian yang penting atas beberapa alasan. Pertama, hubungan negara dan agama telah me

Konformitas Dalam Pergaulan Sekolah

Tulisan ini bertujuan untuk memahami dinamika perilaku konformitas dalam pergaulan pelajar di sekolah formal. Bagaimana bentuk konformitasnya? Mengapa hal tersebut terjadi dan mempengaruhi tindakan-tindakan pelajar, serta bahkan dapat membentuk pola kepribadian?  Tulisan ini mengemukakan, bentuk konformitas dalam pergaulan pelajar yang lebih berupa akibat tekanan antar teman (peer pressure) yang terjadi dalam lingkungan yang homogen (sebaya). Kecenderungan untuk mengikuti suara terbanyak akan terjadi karena tekanan untuk menjadi sama terasa semakin besar. Dalam pergaulan sekolah anak didik terbiasa untuk selalu sama, bersikap konformis, sehingga selalu merasa tidak nyaman bila harus beda. Sikap ini dapat terus berlanjut dan membentuk pola kepribadian yang tidak mandiri. Kata kunci : Konformitas, peer group dan peer presure      S ebagai makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri, sudah pasti kita sebagai manusia membutuhkan keberadaan orang lain untuk melangsungkan